Amat Kepengen Nasi Kebuli
Semenjak 'Ashar, Amat sudah memprovokasi Imat agar nantinya Shalat Maghrib di Masjid Al Abror. Mulanya dengan bujukan normatif.
"Nanti shalat Maghrib di Al Abror aja, bro. Jemaahnya kan lebih banyak, jadi pasti pahalanya lebih banyak." bujuk Amat.
Imat cuma nyengir. Dia sudah menduga ada sesuatu dibalik ajakan itu. "Lah, ane ga bisa. Ane ada kewajiban di Mushola sini. Ane mesti nyiapin sarana shalat. Lagi juga nanti malam kan bakal ada pembukaan pengajian. Ente ga jadi ngaji, nanti?"
Amat agak mencibir sebelum menjawab, "Ane cari yang banyakan pahalanya aja."
Imat bertanya lagi sembari memancing info, 'Di Al Abror ada pengajian juga?"
Amat menganguk, "Iya. Katanya ada pengajian buat bapak-bapak."
"Waahhh, asik nih." kata Imat. "Pasti ada hidangannya, dong".
Kali ini Amat tersenyum rada segan. "Katanya, biasanya ada snacknya." Amat lalu kembali memprovokasi Imat. "Ayo, deh kita ke sana. Lumayan, kan, dapet pahala sekaligus ngisi perut".
Imat nyengir. Sekarang dia tahu alasan sebenarnya, mengapa Amat mengajak dia shalat Maghrib di Masjid Al Abror. "Ane ga bisa, bro" kata Imat. Lalu timbul keisengannya, "Tapi kalau ente pergi ke sana, ane boleh titip snacknya, ga?"
Amat melengos. " Ga ada titip-titipan. Kalo mau, ayo kita berangkat bareng. Lagian kalo disini kan ga dapet apa-apa. Jangankan nasi kebuli, snack aja ga ada."
Imat menggeleng sambil nyemgir lagi. "Ga, ah. Ane di sini aja. Ente masih keingetan nasi kebuli aja..."
Amat tak berkata-kata lagi. Dia terus berangkat menuju Masjid Al Abror. Sementara Imat bersiap untuk mengerjakan tugasnya di Musholla.
Selesai shalat Maghrib, jamaah Mushola langsung bersiap untuk mengaji. Mereka duduk membentuk lingkaran. Namun yang mengejutkan, Ustadz Noer memberikan pengumuman penting. "Saudara-saudara para jemaah, malam ini pembukaan pengajian tidak jadi kita adakan di Mushola."
Suara-suara kaget, penyesalan dan ketidaksetujuan langsung bergema. Salah seorang jemaah mengangkat tangan dan langsung bertanya, "Kenapa ga jadi, Ustadz. Kami udah siap mengikuti pengajian, nih. Masak pengajian mesti dibatalin? Kan kita ngaji atas perintah Allah?"
Ustadz Noer mengangkat kedua tangannya, "Bapak-bapak jangan emosi dulu. Saya belum selesai ngomong, nih"
Jemaah terdiam serentak. Mereka pasang kuping lebar-lebar menunggu kelanjutan penjelasan Ustadz Noer.
"Maksud saya, pengajian kita tetap berlangsung. Cuma karena ada permintaan dari Haji Murat, pengajian kita pindahkan ke rumah beliau. Sekaligus kita mendoakan cucu beliau yang diakikahkan hari ini."
Dengung suara kepuasan jemaah pun pecah.
Imat nyemgir sambil berucap syukur dalam hati. Dia segera teringat bahwa Haji Murat sudah memesan nasi kebuli setengah gidir. "Alhamdulillah, rupanya kami kebagian juga nasi Kebuli nya."
Sesaat kemudian nyengirnya lenyap. Dia jadi ingat sahabatnya si Amat. Imat pun berdoa, semoga Amat mendapatkan apa yang diidamkannya.
=o0o=
"Dan sekiranya Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya niscaya mereka akan berbuat melampaui batas di bumi, tetapi Dia menurunkan dengan ukuran yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Mahateliti terhadap (keadaan) hamba-hamba-Nya, Maha Melihat." As Syura ayat 27
=o0o=
Komentar
Posting Komentar