KIAT SELAMAT DARI PERUNDUNGAN (BULLYING)
![]() |
Flyer undangan webinar |
Perundungan (Bullying) menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) dalam jaringan adalah “menyakiti
orang lain, baik secara fisik maupun psikis, dalam bentuk kekerasan verbal,
sosial, atau fisik berulang kali dan dari waktu ke waktu, seperti memanggil
nama seseorang dengan julukan yang tidak disukai, memukul, mendorong,
menyebarkan rumor, mengancam, atau merongrong.” Hal ini bisa menimpa siapa saja, tapi terutamanya menimpa
anak-anak.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menerima pengaduan masyarakat terkait kasus perlindungan khusus anak tahun 2021 sebanyak 2.982 kasus. Dari jumlah tersebut, paling banyak atau 1.138 kasus anak yang dilaporkan sebagai korban kekerasan fisik dan atau psikis.[i] Kasus perundungan terhadap anak-anak paling banyak dialami oleh siswa Sekolah Dasar.[ii]
Kasus-kasus ini menjadi tambah serius dengan timbulnya akibat buruk dari perundungan, bukan saja luka fisik maupun psikis, namun sampai ada yang meninggal maupun bunuh diri.[iii]
Data-data di atas hanyalah secuil gambaran tentang keseriusan masalah perundungan ini. Makanya mendapatkan info webinar “HOW TO SURVIVE FROM BULLYING” terasakan sebagai sebuah berkah. Jadwal pelaksanaan acara ini adalah pada Ahad, 16 Oktober 2022 pukul 09.00 - 11.00 WIB.
Webinar ini diadakan oleh Yayasan Indonesia Maju Gemilang,
sebuah yayasan yang didirikan oleh para profesional dan menggarap bidang
Pendidikan dan Sumber Daya Manusia (SDM). Bram Inderajaya, SE., MM., sebagai Ketua
Yayasan dalam sambutannya di awal acara webinar ini mengatakan bahwa fenomena
perundungan yang terjadi di negeri yang kita cintai ini memprihatinkan, maka
dibesutlah acara ini.
![]() |
Tangkapan layar pemaparan oleh narsum |
Narasumber dalam acara ini adalah dr. Isa Multazam Noor, Msc,
SpKJ (K) Subspesialis Psikiatri Anak dan Remaja. Dokter yang masih tergolong muda ini menempuh Pendidikan
S1 di Universitas YARSI Jakarta dan S2 di Universitas Gajah Mada (UGM)
Yogyakarta. Saat ini beliau memegang beberapa amanah, diantaranya di Rumah
Sakit Jiwa Dr Soeharto Heerdjan (d/h RSJ Grogol) Jakarta dan di Rumah Sakit
Antam Medika, Rawamangun, Jakarta.
Dalam pemaparannya, dr. Isa menjabarkan pemahaman tentang bullying yang berasal dari kata bull (banteng) yang selalu menyeruduk. Beliau menyampaikan hal yang mencengangkan, yaitu bahwa bullying ini menurut sebuah penelitian sudah menjadi epidemi (wabah), dimana satu dari empat remaja mengalami beberapa bentuk bullying di sekolah.
Menurut dr. Isa, ada beberapa faktor risiko yang mempengaruhi tindakan bullying ini. Misalnya penampilan fisik, perilaku merokok dan minum alcohol, keamanan sekolah, prestasi akademik rendah maupun kondisi keluarga yang kurang berfungsi.
Dr. Isa juga memaparkan dampak-dampak dari bullying. Diantaranya penolakan terhadap teman sebaya, perilaku menentang dan kenakalan remaja, bahkan sampai menimbulkan perilaku kriminal. Dari sisi korban, bullying bisa menimbulkan permasalahan pada kesehatan jiwa seperti cemas dan depresi bahkan bisa menimbulkan perilaku melukai diri sendiri dan ide bunuh diri.
![]() |
Tangkapan layar foto bareng sebagian peserta |
Dalam webinar ini dr. Isa memberikan banyak tips untuk menghadapi
bullying. Diantaranya mendorong setiap anak untuk bisa membela diri
sendiri, tetap tenang, berdiri tegak dan menatap mata pembuli. Selain itu juga
setiap anak didorong untuk meminta bantuan kepada orang dewasa terdekat jika
terjadi kasus bullying. Pihak sekolah juga didorong untuk tanggap
terhadap laporan peristiwa bullying dan memiliki kebijakan yang dapat
membantu anak (siswa) maupun orangtua dalam mengatasi masalah tersebut.
Sementara itu perlu dilakukan pembenahan psikologis di dalam keluarga misalnya
dengan mendorong terciptanya pola pengasuhan yang hangat, diantaranya memberi
kesempatan kepada anak untuk didengarkan.
Pada akhirnya dr. Isa menyimpulkan bahwa cara efektif menurunkan bullying pada remaja di sekolah adalah melalui pencegahan. Dalam pencegahan inilah keluarga dan sekolah akan harus berperan besar.
Dalam webinar ini dihadirkan seorang penyintas perundungan. Peristiwa perundungannya sendiri terjadi beberapa tahun lalu. Kisah sang penyintas yang disebut MI ini membuat pemahaman tentang bullying bertambah nyata. Tambahan lagi salah seorang peserta ikut bersuara menceritakan bahwa dirinya pun pernah menjadi korban bullying.
[i]
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/01/27/kpai-aduan-anak-jadi-korban-kekerasan-fisik-mendominasi-pada-2021
[ii]
https://www.kompas.com/edu/read/2021/10/25/112503471/data-kpai-kasus-perundungan-paling-banyak-terjadi-pada-siswa-sd?page=all
[iii] https://kumparan.com/kumparannews/catatan-akhir-tahun-kpai-masih-banyak-kasus-bullying-berujung-korban-meninggal-1xCdQQVB9QH/full
Komentar
Posting Komentar