KBD: Berita dan Artikel; 26 Rabiul Akhir 1438 H / 23 Januari 2017
Assalaamu 'alaikum wr. wb.
Segala puji bagi Allah SWT atas segala curahan ni'mat dan karuniaNya yang tiada terhingga. Sholawat dan salam semoga selalu terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW............
Sahabat KBD, marilah kita bermohon kepada Allah SWT semoga kita selalu dapat berupaya untuk meningkatkan iman, ilmu dan amal kebaikan dalam hidup kita..
Sahabat, sore nanti insyaa Allah kita akan bertemu lagi dalam pertemuan KBD. Semoga Allah mudahkan kita untuk menghadirinya.
Buat para sahabat lainnya yang ingin menyumbangkan waktu, pengetahuan serta ilmunya atau yang ingin sharing pengalaman, atau ada usulan tentang materi yang perlu dibahas, silakan hubungi Aziz di 5253 atau Sukowo di 3304 untuk mendapatkan 'jadwal tayang' nya.
Selain KBD, masih ada Kitab Riyadhus Shalihin di hari Senin dan Pembacaan BARBEQU di hari Jumat. Bagi yang berniat untuk menghafal Alquran, setoran dapat dilakukan pada hari Rabu atau Jumat pada 10 menit awal.
Jika ada teman lain yang ingin di sharing, silakan forward email ini atau informasikan alamat emailnya untuk dimasukkan ke dalam daftar pengiriman. JIka kiranya ada yang tidak berkenan untuk menerima e-mail ini, silakan reply email ini untuk dikeluarkan dari daftar pengiriman.
Jangan lupa - jangan segan - jangan ragu, ajak teman dan sahabat lainnya untuk ikut serta hadir... Sampai jumpa nanti sore, Insyaa Alloh.......
Wassalaamu 'alaikum wr. wb.
======================================================================
Berlomba dalam Kebaikan
Oleh: Iu Rusliana
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kisah ini masyhur, tentang dua sahabat Rasulullah SAW, Abu Bakar RA dan Umar bin Khattab RA, yang selalu berusaha berlomba dalam kebaikan. Amal kebaikan Abu Bakar yang terlihat selalu ditiru dan dilampaui jumlahnya oleh Umar.
Suatu hari, Umar melihat Abu Bakar bergegas ke pinggiran kota selepas subuh. Esok harinya, hal itu dilakukan, rutin. Umar pun merasa penasaran dan mengikutinya. Ternyata Abu Bakar mengunjungi sebuah gubuk, seorang nenek renta buta yang menjadi pengisinya.
Tertegun Umar saat menyaksikan kondisi itu. Mengucapkan salam, lalu bertanya tentang apa yang dilakukan Abu Bakar kepada nenek tersebut. "Apa yang dilakukan pria itu di gubukmu ini, Nek?" Nenek itu pun menjawab: "Entahlah, tapi setiap pagi ia datang, membersihkan rumahku dan menyiapkan makan untukku."
Umar pun menangis dan takut bila ia tak sanggup berbuat lebih baik dari itu. Ia pun bertekad melampaui kebaikan sahabatnya itu. Begitulah para sahabat terus menabung dan berlomba dalam kebaikan.
Mari kita melihat apa yang tengah terjadi di negeri ini. Sedih rasanya, ketika pentas kebaikan seolah kalah oleh kejahatan. Ruang publik diisi oleh kutuk serapah, kriminalitas dan tindakan amoral. Sementara, seruan kebaikan, kedamaian, kesantunan, dan prestasi membanggakan seolah tersisihkan.
Bangkit dan berlomba dalam kebaikan mengandung empat makna. Pertama, bergegas melaksanakan kebaikan. Tak boleh berleha-leha, menundanya nanti atau esok. Bagaimana kita yakin esok masih bernapas, sementara rahasia kehidupan milik Sang Pencipta.
Kedua, meningkatkan kualitas kebaikan. Kebaikan hari ini harus lebih baik kualitasnya dibanding waktu kemarin. Evaluasi, perbaiki, dan tingkatkan kualitas serta kuantitasnya. Kompleksitas persoalan semakin meningkat, bila kualitasnya tetap maka nilai manfaatnya semakin berkurang. Deret ukur waktu dari kualitas kebaikan harus diperhatikan. Memang dalam setiap kebaikan, niat dan keikhlasan menjadi utama, namun tentu kemanfaatan dari kebaikan harus juga diprioritaskan.
Ketiga, mengorientasikan sistem, kaderisasi, dan proyeksi jangka panjang dalam menyebarkan kebaikan. Manusianya boleh mati, tapi kebaikannya tak akan terputus. Inilah makna lain dari hadis yang menyatakan, ketika meninggal, anak Adam akan putus semua amalnya kecuali tiga hal, yaitu sedekah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang selalu mendoakan kedua orang tuanya. Itu tiga hal yang mengandung makna sistem, kaderisasi, dan proyeksi jangka panjang suatu amal saleh.
Bahkan sebagaimana diingatkan Rasulullah SAW, bila pun kita tahu bahwa esok hari akan kiamat, tetaplah tanam pohon. Ini mengandung makna, proyeksi jangka panjang suatu kebaikan harus disiapkan dan dilakukan sebaik mungkin.
Keempat, meluaskan sebaran kebaikan, sehingga benar-benar menjadi rahmatan lil'alamiin. Jangkauannya tak hanya untuk umat Islam, tapi seluruh umat manusia. Itu hanya mungkin bila sistemnya diorganisasi dengan baik.
Usaha sistematis, dengan proses kaderisasi yang baik, diproyeksikan jangka panjang untuk menebar manfaat dan melakukan perubahan sosial itulah yang menjadi esensi dakwah Islam. Jadi, berlomba dalam kebaikan itu, praksisnya berupa dakwah lisan dan perbuatan. Bila itu semua dikembangkan, amal terbaik dapat menjadi kenyataan.
Berlomba dalam kebaikan akan melahirkan amal terbaik. Amal terbaik itu pada umumnya selalu dikaitkan dengan iman. Seperti yang kita temukan dalam surah al-Baqarah ayat 25 dan al-Ashr ayat 3, yang mengandung makna bahwa perbuatan baik itu aktualisasi dari keimanan.
Sebesar apa pun kebaikan itu, walau hanya sebesar biji zarah akan dibalas oleh Allah SWT (QS az-Zalzalah: 7-8) dan tidak akan disia-siakan (QS at-Taubah: 105). Dengan segala kekuatan yang dimiliki, berlombalah dalam kebaikan, raihlah amal terbaik, maka kemuliaan di dunia dan akhirat akan menjadi capaian. Wallaahu a'lam.
Komentar
Posting Komentar