KBD: Berita dan Artikel; 8 Muharram 1438 H / 10 Oktober 2016


Assalaamu 'alaykum wR. wB.

Segala puji bagi Allah SWT atas segala curahan ni'mat dan karuniaNya yang tiada terhingga.
Sholawat dan salam semoga selalu terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW............

Sahabat KBD, marilah kita bermohon kepada Allah SWT semoga kita selalu dapat  berupaya untuk meningkatkan iman, ilmu dan amal kebaikan dalam hidup kita..

Sahabat, sore nanti insyaa Allah kita akan bertemu lagi dalam pertemuan KBD. Insyaa Allah, masih ada beberapa materi yang antri:
* Catoer masih akan melanjutkan bahasannya tentang bisnis Islami
* Miswar akan membawakan kajian siroh
* Materi tentang Teknik Berbicara di depan umum

Sore ini insyaaAllah akan diisi dengan kajian Dahsyatnya Fitnah Dajjal dibawakan oleh Miswar.

Semoga Allah mudahkan kita untuk menghadirinya.

Buat para sahabat lainnya yang ingin menyumbangkan waktu, pengetahuan serta ilmunya atau yang ingin sharing pengalaman, atau ada usulan tentang materi yang perlu dibahas, silakan hubungi Aziz di 5253, Miswar di 3303 atau toto di 5113 untuk mendapatkan 'jadwal tayang' nya.

Untuk bahan bacaan pekan ini, silakan simak copas artikel2 di bawah ini.

JANGAN LUPA, Hari Rabu, 12 Oktober 2016 / 10 Muharrom 1438H ada Pengajian Bulanan di Masjid Basement Wisma Keiai.

Buat para sahabat yang memerlukan, insyaa Alloh email ini dapat juga diakses di kbdorif dot blogspot dot com.
Jika ada teman lain yang ingin di sharing, silakan forward email ini atau daftarkan alamat email nya ke toto.
JIka ada yang tidak berkenan untuk menerima e-mail ini, silakan minta ke toto agar dikeluarkan dari daftar pengiriman.

Jangan lupa - jangan segan - jangan ragu, ajak teman dan sahabat lainnya untuk ikut serta hadir...  Sampai jumpa nanti sore, Insyaa Alloh.......  

Wassalaamu 'alaykum.....


ChanelMuslim.com
Home  Berita  Kolom Dan Analisa
Tuntunan Islam dalam Memilih Pemimpin Sejati

ChanelMuslim.com–Kepemimpinan adalah sebuah amanah. Setiap pemimpin – yang memikul amanah – akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Sang Khalik di akhirat kelak. Rasulullah SAW bersabda, "Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Pemerintah adalah pemimpin dan bertanggung jawab terhadap rakyatnya …"(Muttafaq 'Alaih).   Salah satu ciri orang mukmin adalah ia mampu menjaga setiap amanah yang diberikan kepadanya. Allah SWT berfirman, "Dan (sungguh beruntung) orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya (QS Al Mukminun : 8).

Mengingat besarnya tanggung jawab seorang pemimpin,  Umar bin Khatab ra. (seorang pemimpin yang adil) berkata, "Seandainya seekor baghlah (hasil perkawinan silang himar dan kuda) terperosok di Irak, maka aku menganggap dirikulah  yang harus bertanggung jawab atasnya di hadapan Allah; mengapa aku tidak meratakan jalan untuknya?" Beliau menggambarkan besarnya tanggung jawab dengan sebuah ungkapan, "Saya senang jika dapat keluar dari dunia ini dengan impas; tidak mendapat pahala dan tidak mendapat dosa."

Dari   pemahaman  nash  di  atas,  soal  kepemimpinan  dalam  Islam  lebih   ditempatkan dalam konteks tanggung jawab (taklif) ketimbang  sebagai  penghormatan  (tasyrif)  terhadap  orang  yang  diamanahkan  peran  kepemimpinan  tersebut.   Dengan demikian ia dituntut agar dapat menunaikan tugas dan perannya seoptimal mungkin.

Sebagai dien yang sempurna, Islam menuntun kita dalam masalah memilih pemimpin agar kita tidak terjebak seperti  membeli kucing dalam karung. Paling tidak ada lima kriteria pokok yang bisa menjadi panduan tentang sosok pemimpin sejati.

        Pertama, kita dilarang memberikan jabatan tertentu (apalagi jabatan pemimpin) kepada orang yang memintanya dengan ambisius (vested interest). Jabatan atau tugas kepemimpinan hanya berhak diberikan kepada orang yang ikhlas, yang mau menerimanya karena ia (memang) dipercaya untuk mengemban amanah kepemimpinan itu. Dari Abu Musa, ia berkata, "Aku masuk menemui Rasulullah SAW bersama dua orang lelaki sepupuku. Seorang dari mereka berkata, "Wahai Rasulullah, angkatlah kami sebagai pemegang salah satu jabatan yang diserahkan Allah kepadamu." Demikian pula yang satunya, memintanya seperti itu. Rasulullah SAW bersabda : "Demi Allah, aku tidak akan menyerahkan jabatan tersebut kepada orang yang memintanya dan berambisi untuk memegangnya."(Hadits riwayat Syaikhani, Abu Dawud dan Nasa'i).
         Kedua, seorang calon pemimpin yang baik dan ikhlas dapat dinilai dari keberpihakannya kepada rakyat. Ia dalam menjalankan kepemimpinannya selalu memrioritaskan kemaslahatan umat daripada kepentingan pribadi, keluarga, dan kelompoknya. Padahal Rasulullah SAW  hingga akhir hayatnya tetap konsisten memperhatikan kemaslahatan umatnya (termasuk kita yang hidup sekarang) dibanding kepentingan pribadi atau keluarganya. Saat ajal hendak menjemputnya, beliau mengucap, "Ummatii … ummatii … ummatii (umatku … umatku … umatku)." Sebaliknya,  beliau tidak menyebut hartanya, keluarganya atau pun jabatannya. Subhanallah, sebuah goresan tinta emas sejarah yang tiada tandingannya hingga saat ini.

         Ketiga, bersifat amanah. Pemimpin yang amanah adalah pemimpin yang dapat dipercaya. Ia mampu memelihara kepercayaan yang sepenuhnya diberikan oleh rakyat kepadanya. Amanah tersebut ia pegang kuat-kuat  meskipun godaan serta iming-iming materi dan tarikan kepentingan  golongan setiap saat datang silih berganti. Pemimpin yang seperti ini layak dianugerahi gelar al amin (figur yang layak dipercaya). Rasul SAW dalam hidupnya mendapat gelar al amin dari masyarakat Quraisy  karena kepercayaan yang tinggi yang diberikan kepadanya. Allah SWT berfirman, "Dan (sungguh beruntung) orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya" (QS Al Mukminun : 8).

         Keempat, dapat menjadi uswah (suri teladan)  dalam segala kebaikannya. Di tengah masa krisis kepemimpinan seperti sekarang sudah waktunya di negeri ini muncul sosok pemimpin yang mampu menyatukan setiap ucapan dengan perbuatannya. Pemimpin yang bisa menjadi role model bagi keluarga, lingkungan terdekat, kelompok dan rakyatnya. Lalu, bagaimana sosok pemimpin teladan tersebut ? Muhammad SAW adalah jawabannya. Beliau adalah suri teladan terbaik (uswah hasanah) dalam segala kiprahnya, baik sebagai rasul, da'i, ayah, dan suami, panglima perang maupun sebagai kepala negara (pemimpin pemerintahan). Firman-Nya : "Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu …" (QS Al Ahzab : 21).

         Kelima, sifat jujur. Salah satu sifat (yang wajib) bagi rasul adalah jujur (shiddiq). Sifat ini pula yang harus melekat dalam kepribadian seorang pemimpin. Jujur dalam tutur kata, sikap dan, perbuatannya. Pemimpin yang jujur adalah orang yang mau mengakui segala kekurangannya  serta mau mengakui dan menerima kelebihan orang lain, termasuk bawahannya. Ia tidak mau bersikap dan berperilaku oportunistik, bohong dan curang demi kepentingan pribadi, partai, dan kelompoknya.

Pemimpin yang jujur akan membawa banyak kemaslahatan bagi rakyatnya. Ibnu Mas'ud ra. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Kejujuran mengantarkan pada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan ke surga. Seseorang yang senantiasa berkata jujur akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Sedangkan kebohongan, mengantarkan kepada kedurhakaan, dan kedurhakaan mengantarkan ke neraka. Seseorang yang senantiasa berkata bohong akan dicatat di sisi Allah sebagai pembohong." (Muttafaq 'Alaih).

Akhirnya, mari kita renungkan pidato Abu Bakar ra. pada saat pelantikannya sebagai khalifah, "Orang yang lemah di antara mu menjadi kuat di sisi ku, sehingga aku memberikan hak-haknya kepadanya. Dan orang-orang yang kuat di antara mu menjadi lemah di sisi ku, sehingga aku ambil darinya barang yang bukan haknya. Taatilah aku, selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan jika aku tidak taat, maka tidak ada keharusan bagi kalian untuk taat kepada ku." Wallahu a'alam bish shawab. (Hamdi, S.Sos; Staf Pengajar pada Fakultas Psikologi Universitas Persada Indonesia (UPI) "YAI" Jakarta.


Doa Tatkala Marah
Islampos / Rifki M Firdaus / 1 jam yang lalu
Islam For Beginner

Doa Tatkala Marah

Posted on October 9, 2016

MARAH adalah tabiat dasar manusia. Islam tidak melarang manusia untuk marah. Bahkan dalam islam, ada marah yang bernilai ibadah. Itulah marah karena Allah. Marah karena membela syariat Allah. Seperti yang dilakukan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Allah Memuji Orang yang Bisa Menahan Marah

Di surat Ali Imran, Allah menyebutkan beberapa kriteria orang yang bertaqwa. Diantara yang Allah sebutkan adalahوَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ"…dan orang-orang yang menahan amarah dan suka memaafkan orang lain." (QS. Ali Imran: 134)

Kita memahami bahwa sifat baik yang ada pada diri orang yang bertaqwa sangatlah banyak. Namun sifat baik yang Allah puji dalam ayat ini salah satunya adalah menahan amarah. Ini menunjukkan bahwa sifat ini memilliki nilai istimewa di sisi Allah.

Karena menahan amarah membutuhkan usaha yang sangat kuat, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyebut orang yang mampu menahan amarah sebagai orang kuat. Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,ليسَ الشديدُ بالصّرعَةِ، إنما الشديدُ الذي يملكُ نفسهُ عند الغضب"Orang hebat bukanlah orang yang selalu menang dalam pertarungan. Orang hebat adalah orang yang bisa mengendalikan diri ketika marah." (HR. Bukhari dan Muslim)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga menjanjikan, mereka yang berusaha menahan amarahnya, padahal mampu meluapkan marahnya, akan Allah banggakan di depan seluruh makhluk dan Allah suruh memilih bidadari paling indah yang dia inginkan.Dari Muadz bin Anas Al-Juhani radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ كَظَمَ غَيْظاً وَهُوَ قادرٌ على أنْ يُنفذهُ دعاهُ اللَّهُ سبحانهُ وتعالى على رءوس الخَلائِقِ يَوْمَ القيامةِ حتَّى يُخيرهُ مِنَ الحورِ العين ما شاءَ"Siapa yang berusaha menahan amarahnya, padahal dia mampu meluapkannya, maka dia akan Allah panggil di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat, sampai Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang dia kehendaki. (HR. Abu Daud, Turmudzi, dan dihasankan Al-Albani).

Doa Ketika Marah

Dari sahabat Sulaiman bin Surd radhiyallahu'anhu, beliau menceritakan,Suatu hari saya duduk bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Ketika itu ada dua orang yang saling memaki. Salah satunya telah merah wajahnya dan urat lehernya memuncak. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,إِني لأعلمُ كَلِمَةً لَوْ قالَهَا لذهبَ عنهُ ما يجدُ، لَوْ قالَ: أعوذُ بالله مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجيمِ، ذهب عَنْهُ ما يَجدُSungguh saya mengetahui ada satu kalimat, jika dibaca oleh orang ini, marahnya akan hilang. Jika dia membaca ta'awudz: A'-uudzu billahi minas syaithanir rajiim, marahnya akan hilang. (HR. Bukhari dan Muslim)

Doa yang sangat ringkas:أعوذُ بالله مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجيمِA'-uudzu billahi minas syaithanir rajiim Saya berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk. Bacaan ini sangat ringkas, dan hampir se mua orang telah menghafalnya. Yang menjadi masalah, umumnya orang yang sedang marah sulit untuk mengendalikan dirinya , sehingga biasanya lupa dengan apa yang sudah dia pelajari. Karena itu, kami hanya bisa berpesan, tahan lisan kita ketika marah dan ingat bacaan di atas. Semoga kita dimudahkan oleh Allah  untuk segera sadar ketika marah. Aamiin. []

Sumber: Konsultasi Syariah.

Laporkan iklan?loading...

By Rifki M Firdaus

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fw: Bacaan bulan ramadhan

KBD: Berita dan Artikel; 29 Rajab Akhir 1438 H / 26 April 2017

Musholla lt 23 pindah ke area baru