KBD: Berita dan Artikel; 23 Rabiul Awwal 1437 H / 4 Januari 2016
Assalaamu 'alaykum wR. wB.
Segala puji bagi Alloh SWT atas segala curahan ni'mat dan karuniaNya yang tiada terhingga.
Sholawat dan salam semoga selalu terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW............
Sahabat KBD, marilah kita bermohon kepada Allah SWT semoga kita selalu dapat berupaya untuk meningkatkan iman, ilmu dan amal kebaikan dalam hidup kita..
Sahabat, sore nanti insyaa Allah kita akan bertemu lagi dalam pertemuan KBD. Insyaa Allah, nanti sore kita melanjutkan penyampaian materi yang bermanfaat bagi kehidupan kita dunia dan akhirat. InsyaaAllah materinya akan disampaikan oleh Pa Haji Pur atau Yusela. Temanya tentang Harta Haram (lanjutan).
Semoga Allah mudahkan kita untuk menghadirinya.
Buat para sahabat lainnya yang ingin menyumbangkan waktu, pengetahuan serta ilmunya atau yang ingin sharing pengalaman, atau ada usulan tentang materi yang perlu dibahas, silakan hubungi Pak Pur di 5104 atau toto di 5113 untuk mendapatkan 'jadwal tayang' nya.
Untuk bahan bacaan pekan ini, silakan simak artikel di bawah ini, copas dari hidayatullah dot com..
Buat para sahabat yang memerlukan, insyaa Alloh email ini dapat juga diakses di kbdorif dot blogspot dot com.
Jika ada teman lain yang ingin di sharing, silakan forward email ini atau daftarkan alamat email nya ke toto.
JIka ada yang tidak berkenan untuk menerima e-mail ini, silakan minta ke toto agar dikeluarkan dari daftar pengiriman.
Jangan lupa - jangan segan - jangan ragu, ajak teman dan sahabat lainnya untuk ikut serta hadir... Sampai jumpa nanti sore, Insyaa Alloh.......
Wassalaamu 'alaykum.....
Lebih dari Newton
Selasa, 24 November 2015 - 21:19 WIB
Semua ilmu yang dipelajari manusia sudah dijelaskan Al-Quran sejak 1000 tahun sebelumnya hanya kebanyakan kita mengabaikan
Oleh: Muhaimin Iqbal
KETIKA Newton yang hidup di pergantian abad 17 -18 mengamati buah apel yang jatuh dari pohonnya, dia akhirnya bisa menjelaskan fenomena adanya grafitasi bumi. Seribu tahun sebelumnya kita sudah diperintahkan mengamati atau memperhatikan buah ketika pohon berbuah dan proses masaknya (QS 6:99).
Kalau saja perintah-perintah seperti ini kita laksanakan, maka sangat bisa jadi yang kita hasilkan lebih dari pencapaian Newton dalam menjelaskan grafitasi bumi tersebut.
Itulah yang dilakukan oleh ulama-ulama awal Islam ketika mereka merevolusi ilmu pengetahuan di perbagai bidang seperti kedokteran, astronomi, engineering sampai pertanian.
Yang terakhir ini bahkan ilmu dasarnya digunakan kembali di jaman modern ini dengan berganti nama menjadi permaculture, sustainable agriculture, organic farming dlsb.
Ilmu pengetahuan (dzon) modern sebenarnya hanya bisa menjelaskan ilmu untuk jamannya sedangkan ilmu dasar yang hak sudah ada di Al-Qur'an untuk sepanjang masa bila saja kita dapat sungguh-sungguh mentadaburinya.
Newton ketika menjelaskan teorinya tentang adanya universal gravity yang membuat benda-benda langit tidak saling bertabrakan misalnya, di sejumlah ayat di Al-Qur'an Allah sudah menjelaskannya 1000 tahun sebelumnya.
Demikian pula ketika di abad yang kurang lebih sama para ilmuwan bisa menjelaskan adanya unsur nitrogen, phosphor dan kalium yang dibutuhkan tanaman, ilmuwan bisa menjelaskan proses fotosintesa dlsb. Semua ilmunya sudah dijelaskan ke kita di Al-Quran sejak 1000 tahun sebelumnya – hanya kebanyakan kita mengabaikan petunjuk-petunjuk tersebut.
Sejarah selalu berulang, demikian pula dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Ketika para ahli pertanian modern dengan nama permaculture (permanent agriculture) kini belajar kembali dengan kitab pertanian yang disusun 1000 tahun lalu seperti Al-Filaha misalnya, bukankah ini bukti bahwa sesungguhnya kita bisa saja maju 1000 tahun lebih dahulu dalam bidang ilmu pengetahuan ini bila Al-Qur'an yang kita jadikan rujukannya ?
Saya berikan contoh konkritnya begini, para petani modern yang mengandalkan pupuk kimia dalam pertaniannya – sesungguhnya lebih banyak membuat kerusakan di bumi keimbang memperbaikinya. Tergantung pupuknya, 1 ha padi petani bisa memupuk dengan 400-600 kg pupuk kimia atau ambil rata-rata 500 kg.
Di sawah terbaik setahun tiga kali tanam, berarti per ha-nya diberikan sekitar 1.5 ton pupuk. Sejak pupuk digunakan secara intensif pertengahan tahun 1970-an hingga kini atau sekitar 40 tahun, per ha lahan terbaik kita telah dimasuki 60 ton pupuk kimia. Apakah produktifitas lahan pertanian kita sekarang lebih baik dari 40 tahun lalu? Jawabannya tidak.
Bahkan di pusat produksi beras seperti Kerawang yang dahulu bapak-bapak mereka kerap diundang ke Istana karena produksi sawahnya konon saat itu bisa mencapai 8 ton /ha ; kini produksi itu hanya dalam kisaran 4-5 ton / ha.
Artinya dengan begitu banyaknya pupuk kimia yang dibenamkan ke tanah-tanah terbaik kita dahulunya – kini tanah-tanah tersebut tidak lagi menjadi tanah terbaik. Sementara penduduk terus bertambah, hasil pertanian cenderung turun. Apa yang akan terjadi kemudian ? kita akan semakin tergantung dengan bahan pangan impor. Mudah untuk menduga bahwa ada yang ingin sawah-sawah kita kehilangan produktifitasnya, karena dengan itu kita akan menjadi pasar ekspor bahan pangan bagi negeri-negeri pengekspor bahan pangan dunia.
Bila sudah tampak begitu nyata kerusakan yang ada , lantas apa yang bisa kita lakukan ? Tidak ada jalan lain kecuali kembali kepada petunjukNya (QS 30:41). Apakah petunjukNya termasuk ke tingkat tataran teknis operasional seperti bertani ini?
Di agama ini, sejak kita bangun tidur sampai hendak tidur kembali ada tuntunannya – maka untuk urusan yang sangat besar yaitu pangan, yang dengannya kita diperintahkan untuk memberi makan – pasti ada juga petunjukNya. Tinggal kita mentadaburi dan mengamalkannya saja.
Untuk pengganti pupuk NPK di atas misalnya, Allah sudah sediakan bahan yang lebih baik dari itu – yaitu tanaman biji-bijian yang bisa mem-fiksasi nitrogen langsung dari udara (QS 36:33), maupun kotoran ternak yang kaya akan nitrogen, kalium dan berbagai unsur lainnya (QS 16:10-11).
Unsur yang membentuk setiap tanaman tumbuh, juga karbohidrat yang kita makan utamanya adalah unsur-unsur Carbon (C) , Hydrogen (H) dan Oksigen (O). H dan O bisa dari air, tetapi dari mana C ?, tanaman menyerap CO2 dalam proses fotosintesanya. Untuk meisahkan C dan O2 dibutuhkan energi matahari.
Jadi tanaman membutuhkan air (umumnya dari hujan) dan sinar matahari yang banyak untuk terjadinya fotosintesa. Inilah yang dijelaskan dengan sangat gamblang sebenarnya dalam tiga ayat di surat An-Naba berikut :
ÙˆَجَعَÙ„ْÙ†َا سِرَاجاً ÙˆَÙ‡َّاجاً
ÙˆَØ£َنزَÙ„ْÙ†َا Ù…ِÙ†َ الْÙ…ُعْصِرَاتِ Ù…َاء Ø«َجَّاجاً
Ù„ِÙ†ُØ®ْرِجَ بِÙ‡ِ Øَبّاً ÙˆَÙ†َبَاتاً
Dan Kami jadikan pelita yang amat terang (matahari), dan Kami turunkan dari awan air yang banyak tercurah, supaya Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan." ( QS 78:13-15)
Tetapi makanan kita kan bukan hanya unsur CHO tersebut, kita butuh protein vitamin dan mineral. Dari mana datangnya unsur-unsur ini?
Batu bata penyusun protein adalah asam amino yang membutuhkan Nitrogen untuk pembentukannya. Itulah mengapa di tanah yang mati-pun Allah ajari kita untuk menanam biji-bijian, antara lain adalah leguminose yang dapat mem-fiksasi Nitrogen langsung dari udara (QS 36:33). Dan bahkan diantara rangkaian tanaman-tanaman yang perlu kita tanam, biji-bijian ini didahulukan (QS 80:24-32).
Di rangkaian ayat tersebut pula kita diperintahkan menanam aneka buah-buahan yang bersifat umum maupun spesifik anggur, zaitun dan kurma – karena dari sinilah makanan kita akan lengkap dengan vitamin dan mineral.
Di rangkaian ayat tersebut kita juga disuruh untuk memperhatikan rumput yang dibutuhkan ternak kita. Selain ketersediaan rumput di antara pohon-pohon buah ini akan mengundang ternak gembalaan untuk makan dan membuang kotoran disitu – yang kemudian menghadirkan unsur-unsur yang diutuhkan tanaman – ternak akhirnya juga menjadi makanan kita yang kaya akan protein.
Jadi petunjukNya itu lengkap dan jelas, kita tinggal mentadaburinya sampai kita paham lalu berlatih dengan sungguh-sungguh untuk mengamalkannya. Maka bila ini kita lakukan, janji Allah bahwa "…kamulah yang tertinggi…" (QS 3:139) akan berlaku, yang berarti Sir Isaac Newton dengan teori grafitasi-nya pun insyaAllah bisa kita lampaui. InsyaAllah.*
Penulis Direktur Gerai Dinar
Rep: Admin Hidcom
Editor: Cholis Akbar
Komentar
Posting Komentar